Rabu, 28 Januari 2015

Biarlah berlalu..

Okay, AyuNH balik lagi. Udah lama fakum, terus balik lagi dengan cerita galau. Ini bukan cerita pengalaman aku. Ada someone special yang curhat dan aku pengen jadiin cerita dia untuk bahan blog aku. Semoga pada suka. And check is out.

Guncangan demi guncangan menemani perjalananku malam ini. Perjalanan dari kota Pontianak ke kota Sintang memang tidak pernah mulus. Mungkin tidak akan pernah mulus, kalau pemerintah tidak ingin menundukkan diri sejenak untuk melihat rakyatnya.

Aku Fadil. Liburan semester ini aku berniat untuk. Selain karena rindu keluarga, aku juga rindu bertemu kawan semasa SMA. Rencananya, bakal ada reuni akbar di sekolahku. Kesempatan yang pas buat saling temu kangen.

Melewati perjalanan delapan jam yang begtu melelahkan. Tubuhku serasa retak. Juga kantung mata yang semakin memperjelas buruknya tubuhku pagi ini. Bahkan saat melihat bantal dan kasur kesayanganku, aku langsung menghempaskan tubuhku begitu saja.

***

"Wwweehh, bro!" Sapa Danu sahabat sepergilaanku.
"Wweehh, masih betah nganggur nih orang gue yang bentar lagi wisuda, nah elo masuk aja belom."
"Gue pasti sukses walaupun tanpa gelar sarjana." Emang bener sih.  Tawa kami pecah seketika. Yah, begitulah. Tapi, masih kurang kayaknya. Teman-teman gokil yang lainnya belum pada datang. Dan bukan hanya itu, aku menunggu satu cewek yang membuatku selalu ingin pulang. -ciieellahh-

"Nita!" Panggilku.
"Fadil! Gila makin kece aja lo."
"Kan emang kece dari dulu guanya." Lagakku.
"Haha. Eh, tempat Angga yok! Dia kesini sama tunangannya."
"Tunangan? Gillaa, cepet banget."

Firasatku mulai tidak enak. Aku dan Nita berjalan mendekati Angga yang pasangannya sedang ditutupi banyak alumni. Terdengar samar-samar beberapa rekan menyebut namanya. "Selamat ya, Nay. Nggak nyangka lo bakal jadi sama abang kelas. Hahah"

Nay? Siapa yang dimaksud? Nayla Anindya kah?
Dugaanku tepat sekali. Dialah Nayla Anindya. Wanita yang aku cari, dan menjadi tujuanku untuk bisa datang ke acara ini. Aku masih terpaku melihat tangan Angga melingkar di pinggangnya.
Dengan bangganya ia memperkenalkan Nayla-ku menjadi Nayla-nya.

Hatiku terbakar. Aku cemburu. Jelas. Masih tersimpan jelas di otakku tentang kata-kataku yang memintanya untuk menungguku. Lalu kenapa begini?

"Selamat, Nay." Ucapku. Mata Nayla terbelalak melihatku.
Ia mengetahui bahwa dalam senyumku ada kemarahan yang tersimpan.

Aku meninggalkannya begitu saja. Tanpa menatap ke arah Angga
sedikitpun. Aku tau, ini salah. Tapi, kalian nggak akan ngerti gimana rasanya jadi gue.

***

"Aku kesini cuman pengen bilang, kalau aku pengen balik lagi sama kamu. Aku tau aku salah. Aku juga pernah bilang sama kamu kalau aku serius. Aku rela nggak dekat sama cewek manapun. Aku perjuangin semua untuk kamu. Tapi, kamu?"
"Aku minta maaf." Ucapnya singkat.

"Aku yang lebih dulu dekat dengan kamu, Nayla. Nggak bisa kamu paham dengan ucapanku selama ini?!" Aku berlalu meninggalkannya. Angga berusaha mencegahku. Namun tak ku gubris.

Aku tak mau jadi lakki-laki mellow saat ini. berpikir menjadi dewasa . Melepaskannga dan mencari yang lebih baik.
***