Minggu, 23 Juli 2023

Reuni SMA - PROLOG


 - Aku nggak bisa kasih jawabannya sekarang. Datang ke Reuni SMA nanti, kamu akan tau aku jawab apa." - Damar

Gue sibuk mencari sosok itu hingga ke belakang panggung. Nggak tau alasannya apa, intinya gue harus segera nemuin dia. Gue harus ungkapin hal yang ngeganjel di hati gue selama ini. Toh, kalau gue liat dari sikap dia selama ini dia pasti masih nyimpen perasaan yang sama ke gue.

Seolah waktu berpihak ke gue, gue nemuin dia yang lagi berdiri menatap kolam ikan di taman sekolah. Ya, gue yakin itu dia walau cuman punggungnya yang gue lihat dan dengan penerangan yang minim. Gue mendekat perlahan ke arah pemilik tubuh tegap itu.

"Mar..."

Damar membalikkan tubuhnya.

"Loh, Vi, kok lo bisa tau gue di sini?"

"Nyarilah. Lagian lo ngapain di sini? Bukannya nikmatin acara," basa-basi.

"Nggak tau, bosen aja gue. Kita panitianya, jadi gue udah tau apa-apa aja acaranya. Bosen."

Damar dan gue terkekeh kecil. Gue menghela nafas sesantai mungkin. Berjalan perlahan mendekat ke arah Damar. Dan sekarang posisi gue berada tepat di samping Damar.

"Lo langsung berangkat?"

"Nggaklah. Belum daftar ulang juga. Lo sendiri gimana? Ambil beasiswa Semarang atau daftar universitas lain?"

"Hmm, daftar universitas lain. Gue bakal usahain kuliah di sini. Kasian nyokap sendirian ntar."

Damar mengangguk. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Gue lagi nyari waktu yang tepat untuk bisa ungkapin apa yang jadi tujuan gue nemuin dia malam ini. Agak tolol memang, seorang cewek memutuskan buat ngungkapin perasannya duluan. PD banget kalau cowok yang di samping gue ini juga nyimpan perasaan yang sama ke gue.

"Mar, gimana kalau mulai malam ini kita perbaiki semuanya?"

"Perbaiki apa?"

"Hubungan kita,"

"Maksud lo?"

"Gue tau, dulu gue salah. Gue udah ngekhianatin lo. Dan dari apa yang kita lewatin beberapa waktu terakhir ini, kalau bisa, lo mau nggak kasih kesempatan sekali lagi buat gue? Kita..."

"Vi, jangan konyol. Lo ngungkapin perasaan ke gue? Lo dalam keadaan sadar 'kan?"

Respon yang tidak terduga. Nada Damar penuh dengan keheranan sekaligus terdengar seperti 'mengejek'.

Malam ini memang hanya ada lampu sorot dari lampu taman. Dan samar-samar gue melihat binar mata Damar tergambar keraguan. Gue jadi merasa bersalah. Gue merasa udah salah langkah karena mutusin buat ungkapin perasaan gue, mesti belum semuanya.

"Konyol banget ya gue, bisa-bisanya gue terang-terangan nyatain perasaan gue ke lo. Sorry,"

Ovi, lo adalah cewek ter-goblok di dunia. Lo udah jatuhin harga diri lo sendiri. Setelah ini, lo musti lari ke belahan dunia lain, dan nguburin diri lo sendiri.

Damar beranjak dari posisinya. Mundur beberapa langkah dan membalikkan tubuhnya.

"Ok, nggak apa-apa, lo bisa tinggalin gue. Anggep aja gue nggak ada ngomong apa-apa," lanjut gue.

Gue beraniin buat menatap punggung Damar yang sekarang berada beberapa sentimeter di belakang gue.

"Vi, jujur, posisi lo itu nggak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Lo adalah cinta sekaligus luka pertama buat gue. Sayangnya, gue nggak bisa gitu aja nimbulin perasaan gue lagi, Vi. Gue emang nyaman sama lo. Lo masih jadi seseorang yang sama saat gue kenal sama lo. Tapi, lo juga adalah alasan kenapa gue jauh berubah kayak sekarang. Gue akui, susah untuk ngedapetin sosok cewek kayak lo. Tapi, gue belum bisa ngasih jawabannya. Belum lagi, kita sebentar lagi bakal pisah. Gue nggak yakin kalau lo bisa pegang kepercayaan gue lagi."

Gue tau, Mar. Gue tau sebenernya lo bakal nolak gue 'kan? Ya, Damar. Lo bener. Lo emang udah nggak bisa balik sama gue, mengingat apa yang udah gue lakuin ke lo 2 tahun silam. Dan emang gue yang goblok, Damar. Ngungkapin perasaan yang harusnya nggak gue ungkapin dan harusnya gue sadar gue siapa.

Isi kepala gue berisik. Menyalahkan diri gue sendiri.

Gue denger suara Damar terkekeh ringan.

"tapi, Vi, kita masih punya waktu buat sama-sama sebelum gue berangkat ke Jogja. Aku belum bisa kasih jawaban sekarang. Datang di Reuni SMA nanti, kamu akan tau aku jawab apa."

Damar membalikkan tubuhnya. Kalimat itu berhasil buat seluruh darah di tubuh gue yang ngalir udah agak tenang, tiba-tiba berdesir hebat. Alirannya begitu cepat seiring dengan pacu detak jantung gue. Gue sampe nggak berani natap mata dia. Damar kasih waktu buat gue?

Seenggaknya sebelum dia berangkat ke Jogja, gue masih bisa bareng dia. Dan buktiin yang terbaik supaya di Reuni SMA nanti dia bisa kasih jawaban buat gue.

*



Reuni SMA - BLURB

 


Cinta lama belum kelar begitulah kira-kira gue deskripsiin cerita ini. Ini adalah kisah gue yang sedang membawa janji konyol dari cinta pertama gue di reuni SMA nanti. Kesempatan kedua atau mungkin penebus kesalahan gue. Damara Fathur Malik, cinta pertama dan si pemilik janji itu. Dia berjanji akan kasih gue kesempatan kedua dan jadiin gue pacar dia lagi di reuni SMA nanti. Kira-kira nanti, Damara akan nepatin janji dia atau nggak ya? Secara gue jaga janji ini empat tahun lebih dan rela jadi jomblo demi bisa balikan sama dia? Dan apakah cinta lama belum kelar ini berubah menjadi cinta lama bersemi kembali? Ikuti kisah gue menjemput janji konyol gue yaaa...