Postingan terakhir di bulan Oktober. Ini cerita fiktif yang ada karena saat aku merasa galau. Hahah. Yang bilang ini curahan hati sang penulis. Itu bohong. Ini benar-benar cuman fiktif. Oke, enjoyed.
''Dek, dia lulus.'' getar handphoneku memecahkan
konsentrasi belajarku. Ku lihat layar handphoneku tertera pesan aplikasi LINE
dari seseorang yang ku kenal.
Tanganku meraih handphoneku dan membalas pesan
itu. Aku hanya membalas dengan emot senyum.
''Hanya itu?'' Balasan darinya yang hanya
berujung ku lihat tanpa berniat membalasnya kemudian.
Pikiranku menerawang jauh. Tepat 1 bulan
seseorang yang aku suka pergi dari kehidupanku untuk meraih mimpinya. Setelah
lulus SMA ia memutuskan untuk mengejar mimpinya menjadi seorang pembuat film
yang bisa melanjutkan studinya di Singapore. Dan dia berhasil.
Laki-laki itu sempat menghubungiku dua bulan
sebelum kelulusan. Kami saling berinteraksi melalui media sosial. Kami saling
sharing. Menceritakan banyak hal yang bahkan terkadang tanpa sengaja kita
temui. Jujur, beberapa hari saja dekat dengannya. Aku merasa nyaman. Karena
dulu, aku sempat tertarik dengannya. Namun, aku mengerti. Apalah arti aku
dikehidupannya yang mewah, terkenal, dan banyak digandrungi wanita cantik.
Aku hanya adik kelas biasa, yang mengagumi abang
kelas dari jauh. Sampai akhirnya, mimpi menjadi nyata. Awal tak percaya saat ku
lihat pesan singkat masuk di akun WA milikku. Ya, sang malam yang selalu ku
rindukan.
Terus menerus chating. Sampai akhirnya kami
membicarakan hal yang serius. Laki-laki itu menginginkanku untuk menjadi
kekasihnya. Hati dan logikaku tak dapat bersatu. Hatiku berkata 'ya' sementara
otakku berkata 'tidak'.
Alasanku jelas. Sebentar lagi ia akan lulus SMA.
Dan ia akan berjuang test untuk dapat melanjutkan studi di Singapore. Dan
apabila ia lulus, kami akan menjalanin hubungan jarak jauh. Ku maklumi jika
kami hanya berbeda kota atau pulau. Masalahnya adalah kami berbeda negara.
Bagaimana aku bisa bertahan? Ralat. Bagaimana kami bisa bertahan? Aku tau
bagaimana latar belakang Mario -nama laki-laki itu-. Dia adalah laki-laki
tampan yang banyak diidam-idamkan wanita. Hatiku menyimpan ketakutan jika suatu
saat hubungan kami hancur karena orang ketiga.
Aku menghela nafas panjang. Jika ku ingat saat
itu, ingin sekali ku ulang dan berkata ‘iya’. Karena hingga detik ini, ada hal
yang mengganjal setiap kali ku teringat tentang itu. Ya, hatiku memberontak
pertanda ku menyesal. Entahlah…
***
“Nggak mau meninggalkan tanda tangan di bajuku?”
Ujar Mario menepuk pundakku.
Dengan ragu, ku tuliskan tanda tanganku di baju
putih abu-abu miliknya. Lengkap dengan nama panjangku. Aku tersenyum menatap
wajahnya dengan sangat dekat. Senang dan sedih. Ada sesak saat aku tau hari ini
adalah hari terakhir aku melihat senyumnya dan mata indahnya. Entah kami akan
bertemu lagi atau tidak sama sekali. Entah kami akan saling ingat atau tidak. Entah
kami akan saling merindu atau tidak.
“Kita jalanin semua seperti ini ya, Cha. Jika
kamu mampu, kamu tunggu aku. Jika tidak, lupakan semua.”
Aku terdiam. Mataku berkaca dan ku tahan dengan
senyuman getir. Jika aku mampu. Apa kau akan ingat dengan janjimu? Apa kau akan
menoleh kepadaku di saat kita bertemu? Apa kau akan sehangat sekarang jika kita
kembali dipertemukan?
***
Mario. Hingga detik ini aku masih mampu
menunggumu. Entah sampai kapan. Namun, ada hal yang mengganjal di tengah
penantianku. Ada banyak pertanyaan yang ingin ku sampaikan kepadamu. Jika aku
mampu menantimu sampai saat kau kembali. Akankah kau ingat akan janji dulu? Ini
pertanyaan yang inginku tanyakan padamu, Rio.
END