Minggu, 09 Agustus 2015

Aku Rindu Sentuhan-Mu Tuhan...




Aku memejamkan mataku perlahan. Membiarkan kegelapan menjadi ruang dalam imajinasiku. Ku bayangkan diriku berada di dalamnya. Menangis sembari bersimpuh. Merasakan betapa gelap dan dinginnya ruang itu. Isak tangisku menjadi-jadi. Ku serukan nama-Nya, berharap cahaya-Nya mampu menembus kegelapan pikiran dan hatiku.

Dalam tangis, pikiranku menerawang jauh. Menembus masa lalu yang menurutku jauh dari kata sempurna. Terlihat jelas tubuhku yang dibalut pakaian tertutup dengan kerudung tipis yang menutup kepalaku. Pakaian panjang itu bahkan menampakan lekuk tubuhku. Jauh dari kesan syar’i.

Pergaulanku? Tidak ada bedanya dengan orang-orang di zaman jahiliyah. Berboncengan dengan yang muhrimku, berpegang tangan dengan laki-laki yang hanya berstatus sebagai pacarku. Naudzubillaah.

Aku adalah seorang wanita Islam yang saat ini tengah mencari hidayah Allah SWT. Hidayah untuk mampu berhijrah ke jalan-Nya. Hidayah untuk mampu meninggalkan kesukaanku demi mendapat ridha dan surga-Nya.

Aku adalah wanita yang masih tergila-gila dengan tabbaruj. Aku adalah wanita yang lebih mencintai kebudayaan Korea ketimbang Nabi Muhammad. Aku adalah wanita yang mementingkan trend fashion hijab masa kini ketimbang syar’i. aku adalah wanita yang menggilai cerita fiksi dalam novel ketimbang membaca Al-Qur’an. Sungguh, aku adalah wanita yang tidak akan pernah mencium bau surga.

Mengingat hal itu. Aku menangis. Entah apa yang menyelimuti hatiku sehingga enggan untuk meraih hidayah-Nya. Pernah sewaktu-waktu aku mencoba berpakaian syar’i. aku juga merasa nyaman memakainya. Teman-teman mensuportku dengan sepenuh hati. Sayangnya, hal itu hanya bertahan sementara. Hanya sekitar 2-3 bulan aku menutupi tubuhku dari kain tebal dan kakiku dengan kaus kaki. Digoda sedikit oleh trend mode, aku lepas semuanya. Ralat. Tidak semuanya, aku kembali ke bajuku yang dulu. Ketat dengan celana jeans tapi kepalaku masih ditutupi oleh kerudung –tipis–.

“Aku masih belum siap.” Itu ucapku setiap mereka bertanya mengapa aku melepas kerudung syar’iku.
“Padahal kamu cantik lho, Sar. Sayang kalau dipakai setengah-setengah.”
Aku tersenyum. Aku tau, jalanku salah. Aku masih gila fashion. Gila make up. Gila akan trend. Dan aku merasa bahwa niatku menutup aurat tidak sepenuhnya karena Allah. Astaghfirullahalladzim.

Sampai ada seorang ukhti yang menjadi inspirasiku. Ia menjadi teman diperjalananku mencari hidayah Allah. Ia selalu memberikanku buku-buku bermanfaat tentang berhijab atau hijrah menjadi wanita muslim sejati. Di setiap aku belajar, aku selalu berpikir, siapkah aku untuk meninggalkan kebiasaanku? Siapkah aku meninggalkan kecintaanku terhadap novel maupun drama Korea? Siapkah aku menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam Islam?

“Sarah, Islam dan hijab itu bukan pilihan. Bukan tentang siap atau tidak siap. Islam dan hijab syar’i itu adalah dua komponen yang saling  bermanfaat dalam kehidupan umat-Nya. Tanpa Islam maka tidak akan ada wanita muslimah yang memakai kerudung sesuai syariat. Dan ketika kamu memeluk Islam, konsekwensinya adalah kamu harus menaati perintah-Nya. Termasuk berhijab. Percayalah, setiap perintah  yang Allah turunkan akan mendatangkan manfaat yang sangat besar.”

Kata-kata itu yang selalu keluar dari bibir manis Kak Alifa. Dan kata-kata itulah yang perlahan memotivasiku untuk selalu mencari jalan-Nya. Kuatkan aku ya Allah. Panggilah aku dengan hidayah-Mu. Itu yang aku rindukan saat ini ya Allah.

END