Kali
ini aku akan bercerita tentang sepasang remaja, yang pernah sangat dekat,
saling menyimpan perasaan, saling berharap, dan saling mendoakan. Sayangnya,
semua berakhir seiring dengan masa abu-abu mereka. Berpisah karena sebuah cita-cita
dan ketidakmampuan menyatukan perasaan yang ada. Mereka lebih memilih untuk
diam satu sama lain, menyimpan rasa itu, dan membiarkan takdir berbicara.
“Jika kau jodohku, maka kita akan
bertemu lagi suatu saat nanti.” Satu hal yang aku tau, bukan kah takdir
tercipta atas sebuah usaha? Tuhan mempertemukan kalian bukan hanya untuk
mengenal kemudian berpisah. Tuhan ingin melihat bagaimana usaha kalian
memperjuangkan cinta yang dikenal sebagai anugrah Tuhan. Bahkan, Nabi Adam dan
Siti Hawapun demikian. Mereka dipertemukan kemudian dipisahkan saat turun ke
bumi, karena keduanya saling berjuang untuk bertemu, mereka dipertemukan
kembali. Lalu, kenapa kedua remaja ini memilih diam? Hanya karena
ketidakyakinan? Atau mereka hanya ingin
menguji takdir? Entahlah. Yang jelas, aku yakin mereka masih saling berharap
satu sama lain.
Sebut saja kedua remaja ini dengan
nama Bayu dan Rara. Mereka adalah pelajar di salah satu SMA negeri di Jakarta.
Temen sekelas yang tidak pernah bertegur sapa satu sama lain. Ralat. Mereka
hanya saling berbicara jika dipertemukan dalam satu kelompok belajar yang
memaksa mereka untuk saling berinteraksi. Di luar itu, mereka memilih diam.
Berbeda saat di kelas, berbeda pula di rumah mereka masing-masing. Siapa yang
tau jika mereka saling berhubungan melalui blackberry
messenger. Berawal dari saling koment status atau sekedar menanyakan tugas.
Kemudian berubah menjadi ajang berbagi satu sama lain.
Konflik dimulai. Tepat saat Bayu
memutuskan untuk menjaga perasaan wanita lain ketimbang Rara. Cemburu atau
apapun itu, Rara memilih untuk menghapus kontak Bayu di BBMnya. Di sekolah,
mereka masih saling diam. Tidak perduli di hati mereka menyimpan tanda tanya
besar satu sama lain.
“Ra, lo delcont gue di BBM ya?”
Cegat Bayu tepat di depan teman-temannya.
Rara hanya menatapnya binar.
Terkejut dan salah tingkah. Ya, kata-kata itu begitu cepat keluar dari mulut
Bayu.
Merasa tidak enak. Rara memutuskan
untuk menghubungi Bayu melalui LINE. Kenapa tidak re-invite pin Bayu? Simple,
Rara gengsi untuk menginvite ulang seseorang yang sudah ia delcont. Dengan ragu
di hatinya, Rara menuliskan beberapa kata yang pas untuk dikirim ke Bayu.
Rara :
Bay?
Tulis Rara basa-basi.
Bayu : Yaa
Rara : Lo marah ya sama Gue?
Bayu : Nggak. Buat apa, Lo ‘kan nggak penting.
Membaca
pernyataan Bayu, Rara mencoba memahami. Apa benar selama ini Rara tidak
penting? Lalu, kenapa Bayu begitu care terhadapnya jika memang Rara tidak
penting di matanya. Atau mungkin Bayu benar, Rara tidak penting di matanya
sehingga karena itu juga, Bayu lebih memilih menjaga hati cewek lain. Rara
memutuskan tidak membalas pesan itu. Ia menghempaskan handphonenya begitu saja.
Bayu : Ra, lo
marah ya? Gue cuman bercanda lagi.
Rara : Ngapain marah, gue ‘kan nggak penting.
Bayu : Sorry. Gue mau tanya, kenapa lo
delcont gue?
Rara : Maaf, Di. Gue cuman lagi khilaf aja.
Chat
itu terus berlanjut, baikan kemudian berantem. Begitu terus, entah sampai
kapan. Tapi, percaya atau tidak Rara bahagia. Setidaknya ia masih bisa
berhubungan dengan Bayu sekalipun hanya berdebat hal-hal kecil. Bagi Rara, chat
dengan Bayu adalah suatu hal yang bisa buat hatinya nyaman. Belum lagi
–disadari atau tidak- Bayu sering kali melontarkan kata-kata manis yang
akhirnya membuat hati Rara luluh. Sedikit rayuan, mengikiskan ruang kosong yang
ada di hati Rara. Sangat wajar jika Rara merasa sepi kalau Bayu tidak
menghubunginya terlebih dahulu. Dihinggapi rasa malu jika harus menghubungi
laki-laki terlebih dahulu. Belum lagi, kalau seandainya Bayu hanya membalas
chatnya dengan singkat.
Dan sayangnya, Rara hanya mampu
memendam rasa itu. Memendamnya dibalik keraguan. Ragu akan perasaan yang ada
pada Bayu.
“Bayu suka nggak ya sama gue? Atau
dia suka sama sahabat gue? Terus apa gue harus nyerah?” Setidaknya kata-kata
itu yang selalu terpikir di benak Rara. Sebagai cewek, ia bingung harus
bertindak bagaimana. Menyerah sementara hati memintanya untuk bertahan. Atau
bertahan tapi takut jika akhirnya mengecewakan.
Sempet sampai ke telinga Rara juga,
bahwa sesungguhnya Bayu menyukainya. Namun, ia masih merasa tidak enak dengan
temannya yang tidak suka dengan tingkah Rara di sekolah. Rara di sekolahnya
terkenal lebay, childish, menjengkelkan, dan mungkin mengundang hampir seluruh
teman sekelasnya ilfeel terhadap Rara. Dan itu membuat Bayu enggan menyukai
sosok Rara lebih dalam lagi.
Rara sempat memilih menjauh terhadap
Bayu saat dia dengar Bayu hanya deketin Rara untuk sekedar iseng. Atau hanya
sekedar main-main. Tapi, hati memang tidak bisa dibohongi, semakin otaknya
ingin membenci Bayu, semakin hatinya berkata jangan menyerah.
***
Untuk sementara waktu, mereka tidak
saling mengirim pesan melalui LINE. Mereka masih harus fokus dengan ujian
nasional. Selama tiga hari ke depan mereka tidak menjalin komunikasi, membuat
Rara berpikir suatu hal tentang perasaannya. Haruskah ia menyatakan perasaannya
dengan Bayu, mengingat sebentar lagi mereka akan berpisah. Tapi, bagaimana jika
setelah itu Bayu memilih untuk menjauh dari Rara. Bagaimana setelah itu Bayu
hanya menanggapi perasaannya dengan datar. Bagaimana jika setelah itu Bayu
membenci Rara.
“Mungkin itu lebih baik. Toh,
sebentar lagi kita nggak bakal ketemu. Kalau memang dia menjauh tandanya aku
memang harus menyerah. Namun, jika ia tetap bertahan dan berhubungan baik
denganku. Aku akan menunggunya.”
Tekad Rara sudah bulat. Tidak peduli
teman-teman memandangnya seperti apa. Seorang wanita harus mengungkapkan
perasaannya terlebih dahulu. Peduli apa, daripada menggantung tak kenal arah,
lebih baik diungkapkan. Toh, di Korea hal itu sah-sah saja.
Rara mulai mengetikan beberapa kata
melalui akun LINE miliknya. Mencari kata yang pas untuk memulai apa yang harus
diungkapkan perasaannya. Mulai dari sekedar pancingan, sampai akhirnya, Rara
benar-benar mengungkapkan perasaannya. Entah perasaan yang ia rasakan saat itu
adalah perasaan sementara atau untuk jangka waktu yang lama, setidaknya ia
mengizinkan untuk beban di hatinya lepas. Semenit, dua menit, tak ada jawaban
dari Bayu. Rara memilih untuk tidur. Berharap, pagiinya, ia mendapatkan jawaban
yang membuat hatinya tenang.
***
Tidak ada kejelasan status. Rara dan
Bayu memutuskan untuk menjalani kedekatan mereka berjalan seiring waktu. Tanpa
pacaran. Jika mereka berjodoh, Tuhan akan memberikan jalan agar suatu saat
mereka bertemu kembali. Namun, jika tidak. Mereka percaya, kedekatan yang saat
ini mereka jalin, tidak menutup kemungkinan untuk mereka tetap bersahabat.
Percayalah, rencana-Nya itu indah.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar