Senin, 21 Desember 2015

Rasa yang Tak Sampai

Say hai, buat para pembaca LOVARIES. Maaf bulan November nggak bisa nge-post satu cerita pun. Penulis amatir ini lagi sibuk-sibuknya dengan kegiatan ngampus. Ngampus itu tidak seindah sebagaimana mestinya Sis, Bro. *hihihi* oke skip. Kali ini, Ayu akan berbagi cerita tentang temen ayu yang lumayan sedih. Dan di sini ayu gunakan Nosya sebagai pemeran utama. Oke, selamat membaca....

Tags: cerita sedih, kumpulan cerita sedih, kumpulan cerpen sedih, kumpulan cerpen patah hati, kumpulan cerpen nosyalovaries.blogspot.com




Awalnya Nosya tak percaya, jika rasa itu benar-benar ada. Ya, dengan laki-laki yang semula ia kira hanya sekedar rekan kampus. Laki-laki yang tanpa sengaja dekat dengannya karena sebuah program kerja suatu UKM di kampus. Dari pertemuan itu, mereka saling bertukar pikiran, bahkan cukup dekat untuk status rekan kampus.

Namanya Deka. Laki-laki berpostur tinggi, putih, dan memiliki wajah cukup manis ini berhasil membuat hati Nosya gundah. Pernah mendengar "rasa suka ada karena biasa". Ya, Nosya mulai terbiasa dengan hadirnya Deka di kehidupannya. Nosya mulai terbiasa saat lelucon yang dibuat Deka mampu buatnya tertawa lepas. Nosya mulai terbiasa saat Deka adalah mood booster nya. Siapa yang akan menyangka perasaan itu akan hadir? Nosya sendiri pun tak berniat untuk menghadirkan rasa itu. Karena baginya, teman adalah teman.


Nosya gelisah menanti di depan sebuah gereja tua. Sesekali ia mendelik jam tangannya. Sesekali juga ia mengintip ke dalam gereja tua itu. Rambut panjang hitam miliknya, menggelayut indah tertiup angin. Mata indahnya seolah tersenyum. Meski ada rasa sesak yang seketika ia rasakan dalam hatinya. Suasana sore di sebuah gereja tua itu menyadarkannya tentang satu hal.

Bahwa sebenarnya, Nosya dan Deka itu jauh. Mereka sulit untuk berjalan pada satu jalan yang sama. Hati mereka berkata bahwa mereka bisa bertemu. Namun, ada sebuah pembatas yang nyata antara mereka yang sulit untuk dilewati. Rumah ibadah Deka memperjelas semuanya.

***

Nosya menyeruput ice vanilla latte favoritenya. Menarik nafasnya dalam-dalam, dan merasakan dinginnya vanilla latte itu melalui tenggorokkannya yang terasa kering. Sejenak ia menatap indahnya Kota Bandung dari sebuah cafe. Sore yang indah di Paris Van Java. Nosya hanya mampu tersenyum getir saat Deka mengatakan apa yang ia simpan selama ini. Sebuah perasaan yang mungkin salah, mungkin juga benar. Sebuah perasaan yang ia harap bisa bersatu tanpa memandang perbedaan.

"Mungkin apa yang kita rasa adalah sama, Ka. Tapi, kau tau, kita jauh."

"Apa yang salah dari mencoba, Sya?" Ungkap Deka.

"Salahnya, adalah jika nanti aku terlalu bergantung padamu, kemudian kenyataan berkata itu tidak seharusnya terjadi."

Nosya menarik nafas dalam-dalam. Kemudian, ia hempaskan dengan begitu berat. Mereka saling diam. Mencoba mengerti sebuah keadaan di mana perasaan yang mereka miliki sebenarnya tidak bisa saling bergantung.

***

Nosya tampak tersenyum riang saat menghias pohon natal bersama Deka. Deka mencoba merengkuh tubuh mungil Nosya. Besok adalah malam Natal. Deka ingin merayakan hari bahagia itu bersama wanita yang ia sayang. Sekalipun, rasa itu sebenarnya salah. Tidak. Perasaan itu tidak salah. Tidak ada yang salah saat dua orang berbeda keyakinan saling menyayangi dan ingin memiliki.

Mereka mencoba mengikuti alur kisah mereka. Biarkan mengalir bak air yang akan bermuara pada sebuah samudera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar