Jumat, 09 Oktober 2015

Be Yours

Akhirnya bikin cerita fiksi yang bahagia juga. Kayaknya sih, garing deh. Haha, nggak ngerti apa respon kalian tentang ini. Baiklah, selamat menikmati :D


Aku mengetuk-ngetukan ujung sepatuku ke tanah. Mataku juga sesekali melirik ke arah jam tanganku. Aku gelisah menunggu di tempat keramaian sendiri. Serasa dikelilingi oleh banyak orang asing dengan tatapan aneh. Entah apa yang menahan teman-temanku untuk sampai ke pameran komunitas malam ini.

Aku mendesah berat. Mataku beredar ke penjuru stand-stand atau pintu masuk di setiap sisi stadion ini. Hatiku menggerutu tak jelas. Ini adalah satu-satunya hal yang aku benci, menjanjikan sesuatu yang katanya "tepat waktu" taunya ngaret.

"Hei! Oik, 'kan?" Tanya seorang laki-laki yang datang mengejutkanku.

Aku diam. Mataku hanya menyorotkan tanda tanya tentang laki-laki yang berdiri di hadapanku kali ini.

"Santai aja, kali. Kenalin, gue Yuda. Temennya Imel. Tadi si Imel nelfon gue. Dia bilang, motor dia mogok. Kayaknya bakal telat gitu." Jelasnya.

Aku masih diam. Yuda. Ya, laki-laki itu tersenyum ramah yang justru membuatku sedikit canggung. Bukan karena aku takut atau justru tidak percaya -dengan laki-laki asing-. Lebih tepatnya, aku kagum dengan wajahnya. Yuda sering menjadi topik pembicaraan antara aku dan Imel. Meski aku tidak tau bagaimana Yuda sebenarnya. Dan ini adalah kali pertama aku bertemu dengan orang yang bernama Yuda. Jujur, aku suka.

"Yey! Malah bengong. Ikut gue, yuk! Kita ke stand komunitas gue. Daripada di sini sendiri?"

Aku mengangguk, setuju. Aku mengikuti langkah kakinya.

Yuda bergabung dengan salah satu komunitas burung hantu di Jakarta. Imel sengaja mengajakku ke pameran ini agar aku bisa mengenal Yuda. Bukan hanya sekedar bercerita atau menciptakan gambaran sosok Yuda sendiri.

Aku terlalu asik bermain dengan burung hantu bernama Levy. Tubuh mungilnya membuatku gemes. Meski awalnya takut bermain dengan hewan nocturnal ini. Burung hantu memiliki kesan menakutkan -awalnya- di benakku. Namun, ketika aku bermain dengan burung hantu di komunitas ini, ketakutanku hilang.

Levy adalah jenis burung hantu jenis oriental bay. Burung ini khas Kalimantan. Dan hanya bisa ditemui di pulau yang memiliki julukan Borneo.

"Gimana? Masih takut sama burung hantu?"

Aku menggeleng malu. Masih canggung rasanya banyak bicara dengan Yuda. Kesan pertama aku bertemu dengannya adalah dia tipikel orang yang asik. Mudah bergaul juga dan orangnya ramah. Well, I'll be enjoy with him.

"Minggu depan ada event lagi, nih. Lo ikut ya, Ik."

"Event apaan?"

"Bakal tau sendiri nanti. Si Imel jangan lupa diajak."

***

Minggu berganti bulan. Kami jadi semakin dekat. Kontak via BBM dan bertemu di event-event tertentu, rasa kagumku berubah menjadi rasa suka. Dan berharap hubungan ini bisa berlanjut ke arah yang serius. Sayangnya, hati kecilku masih ragu. Masih banyak yang ku pertimbangkan untuk menjalani hubungan dengan Yuda. Hati dan otakku berjalan tak beriringan.

Imel memintaku untuk tidak terlalu dekat dengan Yuda. Alasan tepatnya aku tidak tau apa. Berusaha berpikir positif, mengingat Imel adalah teman lama Yuda. Ia pasti sudah paham, sikap buruk dan baik dari diri Yuda.

Lalu bagaimana aku bisa menempatkan diriku di posisi stabil? Aku tidak boleh terlalu dekat juga tidak boleh terlalu  acuh. Bagaimana aku bisa berpura-pura tidak nyaman, sementara aku adalah wanita yang mudah merasa nyaman nyaman dengan seseorang? Aku mendesah berat. Baru kali ini rasanya aku galau karena seseorang yang ingin menjadikanku kekasih. Lebih berat rasanya daripada galau ditinggal selingkuh pacar.

Aku menyadarkan diriku sendiri dari pikiran yang memberatkan. Aku bangkit dari pembaringanku. Meraih handukku dan bersiap untuk acara malam ini.

***

Tepuk tangan begitu riuh terdengar saat penampilan dari Jakarta Owl Center usai. Seluruh mata menatap ke arahku. Bertepatan dengan selesainya burung hantu unjuk kebolehan, seseorang datang dengan boneka winnie the pooh di tangannya. Dialah Yuda. Dia memberikanku boneka itu dan mengatakan maukah aku menjadi pacarnya. Tanpa berpikir, aku menjawabnya dengan, "YA". Kini, akan ku jalani semuanya, sampai kan datang kata selesai.


END

4 komentar:

  1. Tidak ada kata selesai, cinta itu gak ada ujung nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cinta emang nggak akan berakhir, tapi status pasti bisa berakhir. Pasti

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. status hanya penguat, agar tidak bisa di ambil alih sama orang lain

      Hapus