Selasa, 13 Oktober 2015

Because, I Miss You...

Emang nggak cocok di genre happy, yaa. Belum berani keluar dari zona nyamannya yaitu "sad story". Setiap orang punya jagoan ceritanya masing-masing. Makasih, mau sempatkan baca cerpen-cerpenku. Happy reading ^____^


Petikan senar gitar Alex mengalun syahdu di telinga siapa pun yang mungkin mendengarnya. Alexpun sepertinya menikmati alunan melodi gitar yang ia ciptakan sendiri. Ia menutup matanya ketika memainkan instrument yang ia beri judul, "Because, I Miss You."

Suara gemirisik hujan menemani kesendirian Alex yang saat itu sedang menuliskan sebuah lagu untuk single terbarunya. Alex adalah seorang solois yang mungkin belum terkenal. Ia masih seorang penyanyi cafe yang bekerja di setiap malam di Day Coffee. Alex bermodalkan gitar akustiknya, ia terus menciptakan lagu-lagu yang berarti meski belum dilirik sedikitpun oleh para producer. Alex memiliki wajah manis dengan lesung pipi di wajahnya. Suaranya yang khas juga menambah point plus bakatnya itu. Sayang, sang dewi fortune belum berpihak padanya.

***

Mata Alex terasa berat. Ada sesuatu yang menimpa matanya. Jemari-jemari kecil nan halus menutup matanya dari sisi lain. Alex tersenyum tipis. Ia sudah tau siapa yang melakukan hal jail itu. Seorang gadis yang sangat bermakna dalam hidupnya. Gadis yang sangat cantik dengan kuliat putih mulus, berambut brown dimodel bob yang bernama Alice. Gadis itu mencium pipi Alex dan duduk tepat di sampingnya.

"Love you, Lex." Ucapnya sembari bergelayut manja di pelukkan Alex.

"Love you too, Lice." Jawab Alex sembari mengecup kening Alice.

Alex dan Alice adalah sepasang kekasih yang bertemu saat mereka sedang memberikan persembahan di sebuah gereja. Alex dipertemukan dengan Alice kemudian mereka berduet menyanyikan lagu untuk Tuhan. Saling terpesona dan akhirnya mereka dekat. Kemudian meresmikan diri sebagai seorang kekasih.

Hubungan mereka sudah berjalan selama tiga tahun. Pahit manisnya cerita mereka sudah mereka jalanin sama-sama tanpa ada egoisme atau perusak hubungan lainnya. Sikap manja Alice terkadang membuat Alex menyerah jika mereka bertengkar hebat. Bagi Alex, Alice adalah segalanya.

"Kamu lagi apa, Lex?"

"Buat lagu. Untuk kamu."

"Bisa cepat selesai nggak, Lex? Kira-kira sebelum aku menghadap Tuhan, lagu itu udah selesai belum?"

"Alice, jangan pernah bilang kalau kamu akan pergi menghadap Tuhan. Jangan berkata seolah kamu tidak mampu, Lice."

"Tapi, aku lelah, Lex. Aku capek..."

Alex merengkuh tubuh Alice lebih erat lagi. Seolah ia tidak ingin melepas wanitanya itu pergi menghadap Tuhan. Tidak akan.

"Berjanjilah kau akan sembuh, Lice. Dan kau akan menjadi ibu dari anak-anakku."

***


Alice tampak cantik dengan gaun putih yang melekat di tubuhnya. Riasan di wajahnya pun menyulap dirinya bak seorang ratu. Gaun pengantin yang ia pakai seolah memeluk tubuh rampingnya. Sama halnya dengan Alex. Ia terlihat tampan dengan kemeja putih yang dipadu dengan kemeja hitam. Gereja adalah saksi bisu. Alex berada tepat di sampingnya.

Sayangnya, keindahan itu tidak membawanya ke atas altar. Riasan cantik itu justru membawanya ke singgah sana kerajaan Tuhan yang abadi. Air mata dari setiap tamu beriring dengan doa seolah menghantarnya ke kehidupan yang jauh sempurna. Alex terus  memegang tangan Alice yang dijari manisnya terselip cincin berwarna perak.

Alice menutup matanya dua hari sebelum mereka akan menikah. Tuhan memiliki rencana lain untuk mereka. Kasih sayang Tuhan ternyata lebih besar dari Alex dan menginginkan Alice untuk segera berada di sampingnya. Dua keluarga besar menangisi kepergian Alice yang sebentar lagi akan menjadi nyonya Alex.

Kehidupan Alex menjadi sangat sepi. Hancur sudah impian-impian yang mereka rencanakan selama ini. Yang tertinggal hanya sebait cerita masa lalu yang begitu indah. Kenangan itu ter-reply di pikirannya. Berputar secara berurutan bak sebuah film yang sedang terputar di bioskop. Alex bangkit dari tempatnya semula. Ia menghapus air mata yang sudah begitu banyak ia keluarkan. Ia menarik nafas begitu dalam. Membiarkan udara segar melewati rongga-rongga kosong di dadanya. Ada rasa sakit yang menyesakan dalam dadanya. Ada yang hilang dari tubuhnya yang rapuh itu.

***

Petikkan gitar sendu itu mampu menyentuh hati para fans Alex. Ya, sekarang Alex telah menjadi bintang besar yang terkenal lewat lagu yang ia ciptakan untuk Alice. Semangat hidupnya telah pulih. Meski tak sebahagia dulu, saat ia bersama Alice.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar