Jumat, 09 Oktober 2015

I Love You, Ge...

Jatuh cintaaaaa. Hahaha, gue nggak lagi ngerasain ini sih. Cuman pengen nulisin tema cerita happy aja. Well, merasa kurang baik saat create cerita satu ini. Feel ceritanya emang happy. But, ketika kalian baca, kalian bisa simpulkan ini cerita yang bagaimana. Okay, happy reading.


Matahari pagi ini begitu terik. Padahal jam baru menunjukkan pukul delapan tiga puluh pagi. Cuaca semakin panas ditambah pemandangan yang tidak begitu mengenakkan. Pagi ini, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau biasa disingkat FISIP sedang mengadakan Ospek.
 
Yang awalnya aku merasa semangat dengan kegiatan kampus yang bagiku adalah pertama kalinya ini, tiba-tiba down setelah melihat dimana senior membully juniornya. Aku mendesah berat.
 
''Tundukkan wajah kalian! Jangan ada yang pasang wajah nyolot!'' teriak lantang salah satu senior kami.

Karena takut, dengan cepat kami lakukan apa yang diperintahkan.

''Yang telat datang ke kampus, maju ke depan!'' tambah senior yang lain.

Aku tertegun. Mengingat pagi ini aku salah satu mahasiswi yang telat datang ke kampus.

Dengan begitu takutnya, aku keluar dari barisan dan melangkahkan kakiku ke depan. Tatapan senior cewek dihadapanku seakan-akan ingin menerkamku dengan begitu lahap. Detak jantungku berdetak di luar ritme sebenarnya. Kakiku gemetaran.

''Kamu! Sekarang jalan ke arah kak Dimas yang ada disana! SEKARANG!" sekali lagi aku ketakutan dan aku berlalu meninggalkan kakak yang aku tau namanya adalah Kak Alexa.

Di hadapan kak Dimas perasaanku berubah. Bercampur aduk antara bahagia, takut, segan, dan mungkin aku akan nurut apapun yang ia katakan. Wajah kak Dimas super duper manis, dia adalah salah satu senior yang dari aku daftar ulang, aku sudah mengaguminya. Dan sekarang, aku berhadapan dengannya. Nafasku jadi tidak beraturan dibuat senyumnya yang begitu meluluhkan.

Wajahnya mirip dengan seorang Comica yang bernama Ge Pamungkas. Ge adalah seorang artis yang memulai karirnya dari stand up comedi. Dia tidak memiliki kemampuan melawak yang baik menurutku. Tapi, karisma dari wajahnya membuatnya mampu bersaing dengan para komik lain. Karena kemiripan wajah mereka itulah aku menyukainya.

Kak Dimas mendekat ke arahku. Ia menatap wajahku dengan lekat. Aku menunduk. Bukan karena aku takut, aku hanya tak mampu menatap mata bulatnya yang begitu indah. Kak Dimas masih diam. Dia tidak memarahiku sebagaimana Kak Dimas memarahi teman-temanku yang lain.

Tak lama, ku rasakan sebuah tangan mengelus kepalaku. Aku tertegun, dan spontan menghadap ke arah seseorang yang melakukan hal itu. Dan ternyata, orang itu adalah Kak Dimas. Orang yang saat ini melemparkan senyum teramah ke arahku. Kemudian ia berlalu pergi begitu saja, tanpa kata, atau hukuman yang harus aku dapat.

Aku mengejar langkah kakinya.

''Kak, saya tidak dihukum seperti yang lain?''

Kak Dimas tetap melangkah ke sembarang arah. Aku masih mengikutinya dengan tatapan heran.

''Kamu bisa kembali ke barisan.'' jawabnya singkat.

Aku masih menatapnya heran. Ya, meski terselip rasa lega karena tidak mendapat hukuman dari senior dan rasa bahagia karena sempat menatap senyum manisnya.

***

Hari ketiga atau hari terakhir ospek. Senang rasanya semua beban akan berakhir sore ini. Dan kabarnya, senior fisip sudah menyiapkan kesan terakhir untuk kami. Kesan yang tidak akan terlupakan sampai kapanpun. Katanya sih gitu.

Kami diharuskan memakai baju kaus hitam khas anak-anak FISIP. Di akhir acara, senior meminta kami untuk berbaris di lapangan tengah. Masih dengan kondisi yang sama. Dibully, disuruh ini itu, dan buat yang masih aman, hanya disuruh duduk di tempat dengan kepala menunduk. Okay, fine. Ini adalah hari terakhir. Calm down, Echi. Calm down.

Teman-teman seperjuangan yang tadi dibully habis-habisan sudah duduk bersama dengan teman-teman yang hidupnya masih aman. Tak lama, ku lihat Kak Dimas berdiri tegak di hadapan kami. Diikuti oleh beberapa senior yang lain.

''Bagaimana PMB selama 3 hari ini?!'' tanyanya lantang.

Jawaban para maba adalah ''luar biasa!''

''Kami berdiri disini, ingin mengucapkan permintaan maaf jika ada beberapa tindakan kami yang tidak mengenakkan bagi kalian. Ini kami lakukan untuk mengenal secara baik sikap dari junior-junior kami. Dan ini hadiah untuk kalian...''
 
Bulir-bulir sejuk menetes membasahi tubuh kami. Hujan? Bukan. Itu air yang sengaha disemprotkan dari mobil pemadam kebakaran untuk membasahi kami. Beban selama dua hari kemarin rasanya hilang tersipu oleh bulir-bulir air ini. Namun, kesan terbaik selalu membekas dibenak dan pikiran kami.

Kak Dimas menarik tanganku. Menghancurkan kesenanganku bermain dengan hujan buatan ini. Ia menatap mataku dalam. Tangan kuat Kak Dimas, memegang pergelangan tanganku. Jantungku mulai berdetak keluar dari ritmenya. Oh Tuhan.

''Echi, Kakak tau kita belum kenal terlalu jauh. Tapi, kakak cuman mau bilang, kakak suka sama Echi. Biarkan kakak mengenal Echi lebih dekat yaaa.''

Dengan senang hati aku mengangguk. Kita belum pacaran. Hanya sekedar dekat. Dan saling mengenal. Semoga bisa jadian. Hahaha

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar