Jumat, 11 September 2015

Dan...

Masih menuliskan cerpen dengan cerita sedih, cinta yang bertepuk sebelah tangan, dan cinta yang tak bersambut. Maaf jika kalian yang mampir ke blog ini merasa bosan dengan alur cerita yang itu itu terus. Saya pun baru belajar menjadi seorang penulis yang Insya Allah terus memperbaiki diri. Selamat membaca...



Dan…

Arrgghh, nama itu terus saja membayang di benakku. Nama itu terus muncul seiring dengan cerita yang terus membuatku merasa menyesal. Entah, siapa yang salah sebenarnya. Aku atau dia?

Syarif Ramadan Al-Qadri. Aku terbiasa memanggilnya dengan ‘Dan’. Panggilan kesayanganku untuknya di saat banyak orang memanggilnya Rama.

“Apa arti dia untuk kamu, Ta?”

Pertanyaan itu terus terlontar oleh siapapun ynag mendengar nama Ramadan.  Dia lebih dari sekedar berarti dalam hidupku. Ya, it’s seriously. Siapa yang akan menyangka dia datang dengan sejuta kebaikan namun aku abaikan, dan sekarang dia pergi meninggalkan sejuta kata manis yang membekas di hidupku.

Awalnya aku salah mengenal dia. Cowok resek yang tiba-tiba datang, sok perhatian, sok manis, tapi justru itu yang aku rindukan sekarang.

Aku ingin waktu bisa berputar kembali. Aku ingin bisa dekat dengannya lagi. Aku ingin diperhatiin sama dia lagi. Unfortunately, it’s impossible. Yah, I know. Sadarlah, Ta.

“Udah coba minta maaf. Tapi, dianya kayak gitu.” Keluhku pada salah satu temannya.

“Udahlah, Ta. Lupain dia. Toh, kamu ‘kan yang ninggalin dia demi siapa tuh namanya,cowok yang katanya abang kelas kamu pas SMP.”

Raka. Ya, dia yang buat Dan-ku menjauh. Dia membuat Dan-ku berubah. Dia juga yang buat hubunganku dengan Dan merenggang. I know, it’s my mistake. Emang aku yang bilang “iya” di saat dia nyatain perasaan dia ke aku. Nggak berusaha nolak padahal aku tau udah ada Dan di samping aku.

Alasanku simple dan terlewat bodoh, pada saat itu aku tidak tau bagaimana perasaan Dan yang sebenarnya sama aku. Aku pikir dia datang bukan untuk suatu perasaan yang tulus. Aku pikir dia datang hanya untuk main-main. Bahkan ia sempat menghilang beberapa hari. Yang semakin buat pemikiranku tentang perasaan yang tidak tulus semakin kuat.

Well, sayangnya aku salah. Setelah aku bilang ‘iya’ sama Raka. Dia datang dan bilang menghilangnya dia selama ini karena dia pergi ke negara antah berantah yang tidak mendapatkan sinyal sedikitpun. Percaya? Iya, jelas. Diperkuat oleh statement teman-temannya yang lain.

Dari situlah hubunganku dan Dan hancur. Dan marah saat dia tau aku bersama Raka. Dia marah karena ketulusannya dipermainkan. Dia marah karena aku tidak pernah bisa mnegerti perasaan dia. Dia marah karena rasa yang dia punya tidak dihargai dalam waktu beberapa hari.
Oke, aku salah. Aku sudah berusaha minta maaf, tapi dia malah nge-block aku dari akun facebook. Nge-delcont aku dari bbm dia

Dan akhirnya buat aku berputus asa. Hayyoollaahh, Dan. Please, forgive me.

Sama-sama ngerasa sakit mungkin. Khususnya aku. Yang sampai detik ini masih mengemis maaf dari dia. Mencoba untuk memperbaiki tiang kepercayaan yang hancur. Tapi, apa daya, semuanya sia-sia. Dan sudah menutup hatinya untuk itu.

And than, sekarang aku dengar dia nggak sendiri lagi. Dia benar-benar telah menghapus aku dari hidupnya. Sementara aku? Masih terpenjara dengan kenangan tentang dia disini. Entahlah. Hanya Tuhan yang tau, kalau nama dia masih ada dalam doaku.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar