Dan…
Arrgghh, nama
itu terus saja membayang di benakku. Nama itu terus muncul seiring dengan
cerita yang terus membuatku merasa menyesal. Entah, siapa yang salah
sebenarnya. Aku atau dia?
Syarif
Ramadan Al-Qadri. Aku terbiasa memanggilnya dengan ‘Dan’. Panggilan
kesayanganku untuknya di saat banyak orang memanggilnya Rama.
“Apa arti dia
untuk kamu, Ta?”
Pertanyaan
itu terus terlontar oleh siapapun ynag mendengar nama Ramadan. Dia lebih dari sekedar berarti dalam hidupku.
Ya, it’s seriously. Siapa yang akan menyangka dia datang dengan sejuta kebaikan
namun aku abaikan, dan sekarang dia pergi meninggalkan sejuta kata manis yang
membekas di hidupku.
Awalnya aku
salah mengenal dia. Cowok resek yang tiba-tiba datang, sok perhatian, sok
manis, tapi justru itu yang aku rindukan sekarang.
Aku ingin
waktu bisa berputar kembali. Aku ingin bisa dekat dengannya lagi. Aku ingin
diperhatiin sama dia lagi. Unfortunately, it’s impossible. Yah, I know.
Sadarlah, Ta.
“Udah coba
minta maaf. Tapi, dianya kayak gitu.” Keluhku pada salah satu temannya.
“Udahlah, Ta.
Lupain dia. Toh, kamu ‘kan yang ninggalin dia demi siapa tuh namanya,cowok yang
katanya abang kelas kamu pas SMP.”
Raka. Ya, dia
yang buat Dan-ku menjauh. Dia membuat Dan-ku berubah. Dia juga yang buat hubunganku
dengan Dan merenggang. I know, it’s my mistake. Emang aku yang bilang “iya” di
saat dia nyatain perasaan dia ke aku. Nggak berusaha nolak padahal aku tau udah
ada Dan di samping aku.
Alasanku
simple dan terlewat bodoh, pada saat itu aku tidak tau bagaimana perasaan Dan
yang sebenarnya sama aku. Aku pikir dia datang bukan untuk suatu perasaan yang
tulus. Aku pikir dia datang hanya untuk main-main. Bahkan ia sempat menghilang
beberapa hari. Yang semakin buat pemikiranku tentang perasaan yang tidak tulus semakin
kuat.
Well,
sayangnya aku salah. Setelah aku bilang ‘iya’ sama Raka. Dia datang dan bilang
menghilangnya dia selama ini karena dia pergi ke negara antah berantah yang
tidak mendapatkan sinyal sedikitpun. Percaya? Iya, jelas. Diperkuat oleh
statement teman-temannya yang lain.
Dari situlah
hubunganku dan Dan hancur. Dan marah saat dia tau aku bersama Raka. Dia marah
karena ketulusannya dipermainkan. Dia marah karena aku tidak pernah bisa
mnegerti perasaan dia. Dia marah karena rasa yang dia punya tidak dihargai
dalam waktu beberapa hari.
Oke, aku
salah. Aku sudah berusaha minta maaf, tapi dia malah nge-block aku dari akun
facebook. Nge-delcont aku dari bbm dia
Dan akhirnya
buat aku berputus asa. Hayyoollaahh, Dan. Please, forgive me.
Sama-sama
ngerasa sakit mungkin. Khususnya aku. Yang sampai detik ini masih mengemis maaf
dari dia. Mencoba untuk memperbaiki tiang kepercayaan yang hancur. Tapi, apa
daya, semuanya sia-sia. Dan sudah menutup hatinya untuk itu.
And than,
sekarang aku dengar dia nggak sendiri lagi. Dia benar-benar telah menghapus aku
dari hidupnya. Sementara aku? Masih terpenjara dengan kenangan tentang dia
disini. Entahlah. Hanya Tuhan yang tau, kalau nama dia masih ada dalam doaku.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar